Hingga saat ini, semua orang masih terkesima dengan Euro 2004 yang diselenggarakan delapan tahun lalu. Ketika itu Yunani secara mengejutkan mampu menembus final untuk kemudian menaklukkanPortugal 1-0. Sebenarnya apa strategi maut pasukan Yunani yang kala itu dilatih oleh Otto Rehhagel?
12 Juni 2004. Partai pembukaan Euro 2004 antara Portugal vs Yunani. Secara mengejutkan, Yunani mampu membalikkan ramalan. Selecao yang diperkuat Luis Figo, Rui Costa, Simao Sabrosa, hingga bintang muda Cristiano Ronaldo (turun di babak kedua) ditekuk 1-2 oleh tim yang diprediksi akan digulung dengan mudah. Sebuah gol CR7 —yang saat itu menjadi CR17— di ujung laga tak cukup menghindari kekalahan via gol-gol Giorgos Karagounis dan Angelos Banisas.
Portugal berhasil menutup malu dengan meraih dua kemenangan dan menjadi juara grup. Sementara, Yunani meski tertatih dan berpoin sama dengan Spanyol, menjadi runner-up.
Selang kurang dari sebulan, kedua negara ini kembali berhadapan di final. Portugal menumbangkan Inggris dan Belanda di babak sebelumnya, sedangkan Yunani menggulingkan Perancis dan Republik Cek. Duel di partai final, dianggap akan dimenangi Portugal dengan generasi emas mereka yang menua. Namun, lagi-lagi Yunani menekuk tuan rumah dengan gol Angelos Charisteas.
Semua orang masih tercengang hingga saat ini. Termasuk Unibet, yang merasa perlu menganalisis pertandingan final. Ya, bagaimana bisa negara yang tidak diunggulkan dan ‘tidak atraktif’ menang?
Menurut Unibet, hal ini disebabkan oleh strategi ampuh, memakai sepuluh pemain dalam menjaga bola. Dalam video berdurasi 1:31 menit, terlihat ikon para pemain Yunani menjadikan badan mereka sebagai tameng untuk membuat para pemain Portugal kebingungan merebut bola. Dengan sepuluh pemain ini pula mereka bergerak ke gawang Portugal untuk mencetak satu gol kemenangan. Sebuah strategi yang mungkin bisa disebut sebagai ‘strategi pusaran angin’.
Ada negara-negara lemah di Euro 2012 yang berminat mencobanya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar